DOCTYPE html PUBLIC "-//W3C//DTD XHTML 1.0 Strict//EN" "http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-strict.dtd"> Didi Tarsidi: Counseling, Blindness and Inclusive Education: Pendidikan Inklusif: Rangkuman
  • HOME


  • Guestbook -- Buku Tamu



    Anda adalah pengunjung ke

    Silakan isi Buku Tamu Saya. Terima kasih banyak.
  • Lihat Buku Tamu


  • Comment

    Jika anda ingin meninggalkan pesan atau komentar,
    atau ingin mengajukan pertanyaan yang memerlukan respon saya,
    silakan klik
  • Komentar dan Pertanyaan Anda




  • Contents

    Untuk menampilkan daftar lengkap isi blog ini, silakan klik
  • Contents -- Daftar Isi




  • Izin

    Anda boleh mengutip artikel-artikel di blog ini asalkan anda mencantumkan nama penulisnya dan alamat blog ini sebagai sumber referensi.


    10 June 2008

    Pendidikan Inklusif: Rangkuman

    Bagian dari buku Pendidikan Inklusif Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber



    Terjemahan dari
    Inclusive Education where there are Few Resources



    Oleh Sue Stubbs

    Alih Bahasa oleh Susi Septaviana R.

    Edisi bahasa Indonesia diedit oleh Didi Tarsidi

    Disponsori oleh
    IDP Norway

    Rangkuman



    Konteks dan Asal Muasal Pendidikan Inklusif (Bab 1 dan 2)
    Pendidikan sebagai hak untuk SEMUA anak telah tercantum dalam berbagai instrumen internasional mulai dari Deklarasi Universal 1948. Instrumen-instrumen selanjutnya menunjukkan bahwa kelompok-kelompok tertentu, termasuk anak penyandang ketunaan, sangat rentan untuk dikepinggirkan. Hak untuk memperoleh pendidikan DI DALAM sistem pendidikan umum dan tidak didiskriminasikan telah disorot dalam instrumen-instrumen yang lebih rinci seperti deklarasi Jomtien dan Konvensi PBB tentang Hak Anak. Namun, hak atas pendidikan tidak secara otomatis mengimplikasikan inklusi. Hak atas Pendidikan Inklusif yang paling jelas telah dinyatakan dalam Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi yang menekankan bahwa sekolah membutuhkan perubahan dan penyesuaian. Pentingnya penggalangan sumber-sumber yang tepat untuk inklusi dinyatakan dalam Peraturan Standar PBB. Baru-baru ini, implementasi instrumen-instrumen PBB tersebut telah dievaluasi oleh sejumlah LSM internasional yang menyatakan bahwa Pendidikan untuk Semua belum terlaksana dan tidak akan terlaksana kecuali adanya partisipasi di tingkat akar rumput dan adanya alokasi seumber-sumber secara nyata. Penurunan angka kemiskinan merupakan prioritas donor akhir-akhir ini, dan ada pengakuan bahwa PUS dan Pendidikan Inklusif tidak akan berjalan kecuali langkah-langkah yang berkesinambungan dilakukan untuk mengurangi kemiskinan.
    Dalam kaitannya dengan praktek pendidikan, Pendidikan Inklusif dipandang telah berhasil meningkatkan mutu sekolah dan pendidikan kebutuhan khusus. Peningkatan mutu sekolah merupakan persiapan yang sangat baik untuk Pendidikan Inklusif, tetapi sering kali tidak cukup baik untuk benar-benar menginklusikan kelompok anak yang paling termarjinalisasi. Pendidikan kebutuhan khusus telah menyumbangkan keahlian yang sangat praktis dan beberapa yang telah mengubah haluan ke Pendidikan Inklusif dapat menjadi pendukung yang sangat kuat tetapi juga dapat menjadi halangan karena filosofi dasarnya tidak memberikan landasan yang tepat untuk keberlangsungan Pendidikan Inklusif. Kedua pergerakan ini mempunyai manifestasi yang berbeda di negara-negara Utara dan Selatan tetapi banyak elemen-elemen yang sama.
    Pengaruh-pengaruh lainnya seperti kelompok-kelompok aktifis stakeholder utama (para penyandang ketunaan, orangtua, wanita), inisiatif masyarakat dan berbagai contoh keberhasilan dan kegagalan juga memberikan kontribusi terhadap perkembangan Pendidikan Inklusif.

    Memahami Pendidikan Inklusif (Bab 3)
    Kaum fragmatis mungkin bosan dengan segala perdebatan tentang definisi, tetapi Pendidikan Inklusif memiliki bermacam-macam pemahaman dan interpretasi yang berimplikasi pada keberhasilan atau kegagalan dalam keberlangsungannya. Isu utama dalam Pendidikan Inklusif adalah bahwa Pendidikan Inklusif didasarkan pada hak asasi dan model sosial; sistem yang harus disesuaikan dengan anak, bukan anak yang menyesuaikan diri dengan sistem. Pelajaran yang dapat diambil dari negara-negara kurang mampu di Selatan menekankan bahwa pendidikan inklusif bukan hanya mengenai sekolah tetapi lebih luas dan mencakup inisiatif dan keterlibatan masyarakat luas. Pendidikan inklusif dapat dipandang sebagai pergerakan yang menjunjung tinggi nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip utama yang berkaitan dengan anak, pendidikan, keberagaman dan diskriminasi, proses partisipasi dan sumber-sumber yang tersedia. Banyak di antara hal tersebut merupakan tantangan terhadap status quo, tetapi penting jika masyarakat dan pembangunan secara keseluruhan ingin menjadi inklusif dan memberikan manfaat kepada semua warganya.
    Kebingungan orang tentang pendidikan inklusif diakibatkan oleh penggunaan bermacam-macam istilah seperti inklusi, integrasi, mainstreaming, pendidikan luar biasa dan pendekatan unit kecil secara bertukar-tukar tanpa kejelasan atau definisi yang pasti. Istilah-istilah tersebut dilandasi oleh nilai dan keyakinan yang berbeda yang memiliki konsekuensi yang berbeda pula. Khususnya di negara-negara Utara, ada pergerakan historis dari pendidikan luar biasa ke intergrasi, menuju inklusi. Tetapi urutan ini bukan suatu keharusan, dan bila memungkinkan, akan menghemat waktu dan sumber-sumber jika langsung melaksanakan inklusi. Praktek mengadakan ‘unit kecil’ di sekolah umum sering kali disebut inklusi, dan justru hal ini dapat mengakibatkan eksklusi lagi. Ini sebuah contoh model yang diekspos secara tidak tepat dari Utara ke Selatan, yang sering membawa hasil yang sangat tidak diharapkan.
    Menuangkan Ide pendidikan inklusif ke dalam Praktek (bab 4)
    Banyak orang mengira bahwa untuk menuangkan ide pendidikan inklusif ke dalam prakteknya hanyalah sekedar memperkenalkan teknik dan metode yang spesifik agar setiap anak dapat belajar. Metode ini punya tempatnya sendiri dan dapat memancing perdebatan lebih mendalam tentang pendidikan inklusif; tetapi dengan metode saja tidak akan menghasilkan program pendidikan inklusif yang tepat dan berkesinambungan. Tiga ‘bahan utama’ diajukan untuk menghasilkan organisme yang dinamis dan kuat yang dapat beradaptasi, tumbuh dan bertahan dalam berbagai konteks. Ketiga bahan utama itu adalah: 1) kerangka kerja yang kuat – rangka (nilai, keyakinan, prinsip dan indikator keberhasilan); 2) implementasi dalam konteks dan budaya lokal – daging (mempertimbangkan situasi praktis, penggunaan sumber-sumber yang tersedia dan faktor-faktor budaya setempat); 3) partisipasi secara berkesinambungan dan refleksi diri yang kritis – darah kehidupan (siapa yang harus dilibatkan, bagaimana, apa dan kapan). Secara bersama-sama, ketiga bahan utama tersebut dapat menghasilkan sistem pendidikan yang fleksibel, kuat, sesuai tempat dan berkesinambungan yang menginklusikan semua anak.

    Membuat pendidikan inklusif Berjalan dalam Jangka Panjang: Kesempatan dan Tantangan (bab 5)
    Dalam dasawarsa terakhir ini kita dapat menyaksikan tumbuhnya berbagai model praktis Pendidikan Inklusif di berbagai budaya dalam bermacam-macam konteks. Sering kali contoh-contoh ini merupakan cara terbaik untuk belajar mengimplementasikan pendidikan inklusif, karena meskipun ini bukan cetak biru, tetapi terdapat banyak tantangan dan kesempatan yang telah direspon dengan berbagai cara yang kreatif. Contoh-contoh studi kasus dari negara-negara di Afrika, Asia, Timur Tengah, Amerika Tengah dan Eropa Timur menunjukkan adanya semua aspek ‘bahan utama’ yang disajikan dalam bab sebelumnya. Yang sangat inspiratif adalah contoh dari masyarakat yang sangat miskin, dan contoh-contoh hasil partisipasi aktif anak, guru dan stakeholder utama lainnya dan inisiatif masyarakat.
    Untuk menghadapi tantangan dan mengatasi hambatan yang akan selalu ada, partisipasi berkesinambungan dari semua stakeholder utama adalah suatu keharusan. Kita dapat menggunakan model yang sederhana untuk menganalisis hambatan dan mengajukan solusi sesuai dengan konteks masing-masing.



    Lanjut ke Pendahuluan
    Kembali ke Kata Pengantar

    Labels:

    :)

    Anda ingin mencari artikel lain? Silakan isi formulir pencarian di bawah ini. :)
    Google
  • Kembali ke DAFTAR ISI