DOCTYPE html PUBLIC "-//W3C//DTD XHTML 1.0 Strict//EN" "http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-strict.dtd"> Didi Tarsidi: Counseling, Blindness and Inclusive Education: KEBUDAYAAN
  • HOME


  • Guestbook -- Buku Tamu



    Anda adalah pengunjung ke

    Silakan isi Buku Tamu Saya. Terima kasih banyak.
  • Lihat Buku Tamu


  • Comment

    Jika anda ingin meninggalkan pesan atau komentar,
    atau ingin mengajukan pertanyaan yang memerlukan respon saya,
    silakan klik
  • Komentar dan Pertanyaan Anda




  • Contents

    Untuk menampilkan daftar lengkap isi blog ini, silakan klik
  • Contents -- Daftar Isi




  • Izin

    Anda boleh mengutip artikel-artikel di blog ini asalkan anda mencantumkan nama penulisnya dan alamat blog ini sebagai sumber referensi.


    01 June 2008

    KEBUDAYAAN

    Diintisarikan dari:
    Krech, D.; Crutchfield, R.S.; & Ballachey, E.L. (1982). Individual in Society.
    Chapter 8: Language and Communication. Berkeley: McGraw-Hill International Book Company.

    Oleh Didi Tarsidi
    Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

    Dalam menghadapi permasalahan bersama, para anggota sebuah masyarakat mencoba berbagai macam cara pemecahan, dan beberapa dari cara tersebut menjadi terlembagakan secara kokoh dan diteruskan ke generasi-generasi berikutnya sebagai kebudayaan masyarakat tersebut

    Kebudayaan dari suatu masyarakat sebagian terdiri dari serangkaian pengaturan untuk memecahkan masalah oleh anggota masyarakat tersebut. Sebagian dari masalah-masalah tersebut adalah masalah yang khusus untuk masyarakat tersebut dan sebagian lainnya adalah masalah-masalah universal yang dipecahkan dengan cara yang berbeda beda oleh masing masing kebudayaan. Pengaturan budaya yang diadopsi oleh suatu masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan fisik (seperti iklim, topografi, sumber daya alam). Akan tetapi, manusia bukan korban pasif dari lingkungannya. Dalam batasan tertentu, dia dapat bertindak terhadap lingkungan dan mentransformasikannya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya. Dengan kata lain, budaya suatu masyarakat tidak sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan fisik di mana dia hidup.
    Kebudayaan dari suatu masyarakat juga dipengaruhi oleh kontak dengan kelompok budaya lain. Selain adanya kesesuaian antara lingkungan fisik dengan kebudayaan, juga ada kesesuaian antara lingkungan sosial kebudayaan tetangga dengan kebudayaan untuk masyarakat tersebut. Akan tetapi, suatu masyarakat hanya meminjam cara budaya yang oleh para anggotanya terlihat berguna dalam memecahkan permasalahan mereka, atau sebagai alat untuk mencapai tujuan mereka. Pengaturan yang akhirnya dikembangkan merupakan produk sejarah dari interaksi puluh ribuan individu dalam lingkungan fisik tertentu dan dalam kerja bersama dari hari ke hari dalam masyarakat tersebut. Pengaturan demikian tidak dicari secara sadar dan sistematik.
    Begitu kelompok tersebut menerima suatu pengaturan, begitu pengaturan itu menjadi alat yang biasa dalam menghadapi suatu permasalahan, maka pengaturan itu akan ditransmisikan kepada anggota masyarakat baru sebagai suatu cara yang "disetujui," dan sangat sering juga dianggap sebagai satu satunya cara yang "pantas" atau "beradab. " Kegagalan untuk mengenali cara yang berbeda yang digunakan berbagai manusia di dunia yang mencoba untuk menghadapi persoalan hidup yang universal, dan kegagalan untuk menyadari bahwa tidak hanya satu cara yang "pantas" dan "beradab" untuk melakukan sesuatu, membuat munculnya kesalahpahaman dan konflik.
    ------------------------------

    Kebudayaan sebuah bangsa terdiri dari pola-pola perilaku yang khas serta keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, norma-norma, dan premis-premis yang mendasari dan mengaturnya


    Sebelum mengetahui apa yang membentuk suatu budaya dan terdiri dari apa saja budaya itu, perlu dibedakan antara apa yang disebut budaya eksplisit dan budaya implisit. Kebudayaan eksplisit terdiri dari kebiasaan yang dapat langsung diamati dari perilaku verbal dan non verbal para anggota suatu masyarakat. Kebudayaan implisit terdiri dari kepercayaan kepercayaan, nilai nilai, norma norma, dan premis premis yang disimpulkan atau ditemukan antropolog untuk menjelaskan kebiasaan yang teramati dalam berperilaku dan untuk menjelaskan pola dari beberapa perilaku yang tampak tidak berhubungan.
    Manusia dalam semua budaya harus memecahkan sejumlah permasalahan bila masyarakatnya ingin selamat dan bertahan: kebutuhan biologis harus dipenuhi, anak-anak harus diajar bersosialisasi, yang sakit harus diurus, jenazah harus disingkirkan, dewa dewa harus diambil hatinya. Setiap masyarakat mengadopsi serangkaian pengaturan tertentu untuk memecahkan berbagai masalah, dan pengaturan tersebut kemudian menjadi tradisi, yang ditransmisikan dari generasi ke generasi.
    Dalam menganalisis isi suatu kebudayaan, unit paling kecil yang dapat dibedakan adalah peristiwa perilaku standar (standard behavior event). Peristiwa perilaku standar adalah pola perilaku dari individu yang khas dalam situasi yang standar di suatu kebudayaan. Keseluruhan rangkaian peristiwa perilaku standar tersebut merupakan budaya eksplisit dari masyarakat yang bersangkutan. Bagian yang paling penting dari peristiwa perilaku standar itu adalah peristiwa perilaku antarpribadi standar (standard interpersonal behavior event), yang dapat didefinisikan sebagai sistem perilaku peran timbal-balik dalam suatu situasi standar tertentu, dari dua orang atau lebih yang merupakan anggota dari posisinya masing masing. Tindakan seseorang dalam peristiwa ini diatur oleh kepercayaan kepercayaan, nilai nilai, dan norma norma yang membentuk kebudayaan implisit dari masyarakat.
    Peristiwa perilaku standar tidak berada dalam keadaan terpisah melainkan terorganisasi dan membentuk pola yang lebih besar yang lebih mantap dan disepakati sebagai bagian fundamental dari kebudayaan. Pola tersebut disebut cara yang terlembaga (institutionalized ways). Dengan cara demikian, pengaturan dalam masyarakat berkembang untuk memecahkan berbagai permasalahan.
    Suatu kebudayaan, seperti juga suatu kepribadian, mempunyai isi dan pola. Daftar dari cara cara terlembaga yang terpisah dari suatu kebudayaan tidak menggambarkan kebudayaan itu secara keseluruhan. Dua kebudayaan dapat mempunyai elemen elemen yang sangat mirip tetapi tetap sangat berbeda polanya. Signifikansi dari suatu cara terlembaga dalam pola budaya dapat dilihat hanya dalam matriks total hubungannya dengan cara yang lain. Perubahan dalam suatu cara cenderung akan membuat perubahan pada cara lain yang berhubungan dalam sistem kebudayaan. Pola keseluruhan, bersama dengan pola pengaturan yang berhubungan, membentuk budaya dari suatu masyarakat.
    Kebudayaan berbeda beda dalam keterintegrasiannya. Kebudayaan yang lebih "sederhana" dan kurang terpelajar akan lebih terintegrasi dibanding kebudayaan yang kompleks dan terpelajar dari masyarakat industri modern. Dalam kebudayaan masyarakat industri moderen akan ditemukan banyak inkonsistensi dan kontradiksi dalam bagian bagian dari komponennya. Tekanan kebudayaan ini merumitkan penyesuaian individu terhadap kebudayaan dan membuat konflik pribadi.
    Hubungan antara individu dan kebudayaannya adalah kompleks. Individu dapat menjadi pengikut dari kebudayaan kelompoknya, dan juga sebagai penyebar, pemanipulasi, dan pembuat kebudayaannya. Berbagai peran yang dimainkan individu dalam hubungannya dengan kebudayaannya ini menekankan bahwa hubungan antara individu dan kebudayaannya adalah hubungan yang aktif dan saling memberi.

    Metoda Penelitian keBudayaan dan Perbandingan Kebudayaan
    Dalam menggambarkan budaya dari suatu masyarakat, antropolog menggunakan berbagai metoda penelitian.
    Pendekatan antropologis pertama adalah metoda lapangan, dimana antropolog hidup berdekatan dengan orang yang ditelitinya. Dalam mengkonstruksi gambaran suatu kebudayaan, dia menggunakan pengamatan perilaku dalam banyak jenis bidang utama kehidupan ini, dan mewawancarai para pemberi informasi yang terpilih untuk memancing konsepsi mereka tentang berbagai pengaturan budaya. Dalam suatu kesempatan dimana dua antropolog meneliti budaya yang sama melalui metoda lapangan menunjukkan bahwa metoda ini dapat memberikan hasil yang berlainan.
    Metoda analisis isi (content analysis) yaitu teknik untuk menggambarkan secara sistematik isi yang nyata dari komunikasi telah diterapkan pada penelitian kebudayaan. Penggunaannya untuk hal ini didasarkan pada asumsi bahwa isi yang nyata dari hasil budaya seperti buku, permainan, film, dsb. menunjukkan keyakinan dan nilai dasar dari kebudayaan. Validitas dari penggunaan analisis isi dalam penelitian perubahan kebudayaan dan dalam studi perbandingan tentang kebudayaan kebudayaan masih dipertanyakan.
    Dalam metoda lintas budaya, setiap masyarakat diberi skor dalam sejumlah dimensi budaya yang terpilih (model dari masyarakat). Pola skor dari berbagai masyarakat kemudian dapat dibandingkan untuk menemukan kesamaan dan perbedaan antar masyarakat.
    Sejumlah teknik pembantu telah digunakan sebagai pelengkap metoda utama antropologis, terutama oleh antropolog yang berminat dalam hubungan antara kepribadian dan kebudayaan. Di antara teknik teknik ini adalah teknik tes proyektif dan skala sikap.
    Walaupun metoda analisis faktor cukup menjanjikan sebagai cara pengidentifikasian dimensi dimensi utama untuk penggambaran kebudayaan, tetapi belum dipergunakan secara luas.

    Perubahan Budaya
    Kebudayaan dari suatu masyarakat bukan merupakan konstruksi yang statis dalam ruang dan waktu; melainkan selalu berubah. Saat anggota dari suatu kebudayaan mempertanyakan cara pemecahan tradisional dan menemukan cara pemecahan baru terhadap permasalahan kehidupan yang dihadapi oleh mereka dan rekan rekan dekatnya, kebudayaan mengalami perubahan. Manusia adalah pencipta kebudayaannya dan sekaligus pengubahnya yang kreatif. Setiap gambaran dari kebudayaan yang hidup, sampai tingkatan tertentu, merupakan gambaran yang tergantung pada waktu. Selama dunia masih berputar, selama itu pula kebudayaan akan berubah.

    Labels:

    :)

    Anda ingin mencari artikel lain? Silakan isi formulir pencarian di bawah ini. :)
    Google
  • Kembali ke DAFTAR ISI